Tampilkan postingan dengan label Kisah Teladan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah Teladan. Tampilkan semua postingan

18 April 2014

khotmil Qur'an


Alquran Al-Karim adalah pedoman hidup umat manusia, walaupun yang mengambil manfaat hanyalah orang-orang yang bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 2). Begitu banyak hikmah dari memperbanyak membaca Alquran.

Pertama, mendapatkan pahala yang sangat banyak, di mana satu huruf diberi balasan dengan sepuluh kebajikan, sebagaimana diriwayatkan oleh Iman At-Tirmidzi dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. Kita tahu bahwa seluruh Alquran, menurut sebuah literatur berjumlah 325.015 huruf, yang berarti satu kali khatam Alquran mendapatkan nilai pahala kebajikan kelipatan sepuluh, yakni 3.250.150.

Tentu untuk meraihnya, kita harus berusaha memperbanyak membaca Alquran. Baik sebulan sekali, dua bulan sekali, atau bahkan tiga bulan sekali. Bahkan banyak di antara ulama Alquran yang mampu mengkhatamkan Alquran setiap seminggu sekali.


Kedua, Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang selalu membaca Alquran, mempelajari isi kandungannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Kitab Alquran dan Allah merendahkan kaum yang lainnya (yang tidak mau membaca, mempelajari dan mengamalkan Alquran).” (HR Bukhari).

Ketiga, mendapatkan ketengan jiwa atau hati yang sangat luar biasa, di mana setiap ayat Al-Quran yang dibacanya akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman bagi para pembacanya. Sebagaimana diterangkan dalam surah Al-Isra [17] ayat 82, Alquran diturunkan Allah SWT untuk menjadi obat segala macam penyakit kejiwaan. Sehingga para pembaca Alquran, bahkan orang yang mendengarkan bacaannya mendapat pula ketenangan jiwa.


Keempat, mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat. Hal ini dijelaskan pada hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Muslim. “Bacalah Alquran oleh kamu sekalian, karena bacaan Alquran yang dibaca ketika hidup di dunia ini, akan menjadi syafaat/penolong bagi para pembacanya di hari Kiamat nanti.”
Maka perbanyaklah membaca Alquran ketika nafas masih menyertai kita dan denyut jantung masih bergerak, karena bacaan Alquran akan menjadi syafaat/penolong bagi para pembacanya di hari Kiamat nanti, dikala manusia banyak yang sengsara dan menderita.

Kelima, akan terbebas dari aduan Rasulullah SAW pada hari Kiamat nanti, di mana ada beberapa manusia yang diadukan Rasulullah SAW pada hari Kiamat dihadapan Allah SWT.
 
Jadi, perbanyaklah membaca Alquran, luang waktu sisa-sisa kehidupan yang Allah berikan untuk memperdalam ajarannya. Jangan disia-siakan, karena Alquran akan mengantarkan kemudahan kita ketika menghadap Allah SWT (sakaratul maut).






16 April 2014

Diantara keistimewaan Rosulluloh SAW

Nabi kita, Muhammad SAW, memiliki keistimewaan melebihi seluruh nabi, de­ngan banyak keistimewaan. Di antara­nya, keadaan beliau sebagai penutup para nabi dan rasul. Maka, tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya.

 Beliau telah bersabda, “Aku adalah Muhammad, nabi yang ummi, tidak ada lagi nabi sesudahku. Aku diberikan jawami’ al-kalim dan puncak-puncak­nya.” – Dikeluarkan oleh Ahmad (2/172) dari hadits Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash RA.

Lebih dari itu, di antara keistimewa­annya, beliau lebih mulia dari para nabi, rasul, dan makhluk seluruhnya (jawami’ al-kalim adalah kalimat atau kata-kata yang terucap dari lisan Nabi SAW yang singkat, padat, namun darat dengan makna).

Dari Abu Sa’id Al-Khudhri RA, ia ber­kata, Rasulullah SAW bersabda, “Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari Kiamat, dan aku tidak sombong. Di ta­ngankulah panji-panji pujian, tapi aku pun tidak bangga. Pada hari itu tak ada pada bangsa jin, manusia, Arab dan Ajam (non-Arab), pada hari itu tak ada seorang nabi pun – Adam dan selainnya – kecuali di bawah benderaku. Dan aku adalah orang yang pertama kali dibang­kitkan dari kuburnya, aku juga tidak bangga.” – Dikeluarkan oleh At-Tir­midzi (3148, 3615), dan ia berkata, “(Ini) hadits hasan shahih.”

Dalam satu riwayat lain, “Aku adalah orang yang paling mulia di antara orang-orang terdahulu dan belakangan di sisi Allah SWT. Aku ucapkan ini tanpa ke­angkuhan.” –Dikeluarkan oleh At-Tir­midzi (3616) dari hadits Ibnu Abbas RA.

Di antara keistimewaan beliau ada­lah keumuman risalah beliau kepada bang­sa jin, manusia, Arab dan Ajam (non-Arab).

Dari Jabir RA, Rasulullah SAW ber­sabda, “Aku diberikan lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku: Aku dimenangkan de­ngan rasa takut (pada musuh-musuhku) dari jarak satu bulan perjalanan, dijadi­kan tanah bagiku sebagai tempat sujud dan alat bersuci, maka di mana pun se­seorang dari umatku memasuki waktu shalat, hendaklah ia shalat, dihalalkan bagiku harta ghanimah (rampasan pe­rang), padahal harta ghanimah itu tidak dihalalkan bagi siapa pun sebelumku, diberikan kepadaku syafa’at, dan adalah setiap nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.” – Dikeluarkan oleh Al-Bukhari (328) dan Muslim (521) dari hadits Jabir RA.

Di antara keistimewaan beliau pula ada­lah Allah SWT menjadikan umatnya sebagai umat terbaik dan menasakh (meng­hapus) seluruh syari’at dengan syari’atnya. Allah SWT berfirman, “Kali­an adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” – QS Ali Imran: 110.

Allah SWT berfirman, “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan mem­bawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” – QS At-Tawbah: 33.

Dan Allah SWT berfirman, “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” – QS Ali Imran: 85.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak seorang pun dari umat ini (generasi ini), baik Yahudi maupun Nasrani, yang telah mendengar seruanku, kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang kubawa, melainkan ia menjadi penghuni neraka.” (HR Muslim).
sumber:madinatulilmi.com

11 Oktober 2011

Kisah Nenek Pemungut Daun


Ini ada kisah menarik dari sebuah buku yang saya baca. Semoga menjadikan kita semakin mencintai Nabi Muhammad, Rosululloh saw. Alloh huma sholi ala Muhammad wa ala ali Muhammad.
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah isapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.
Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”
Kisah ini saya dengar dari Kiai Madura, D. Zawawi Imran, membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?
_____________
Diketik ulang dari buku “Rindu Rosul”

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes